Perkembangan Alat Tulis Braille
Perkembangan
Alat Tulis Braille
Reglet dan Pen
Gambar 1.4: Reglet (Dikutip dari https://support.perkins.org/)
|
Reglet dan pen (slate and
stylus) adalah alat tertua yang dipergunakan untuk menulis Braille.
Prototipe alat ini diciptakan oleh Charles Barbier (Shodorsmall, 2000).
Keuntungan utama alat yang sederhana ini adalah portabilitasnya dan harganya
yang terjangkau.
Reglet ini terdiri
dari dua plat logam atau plastic yang dihubungkan dengan engsel. Satu plat
logam (plat bawah) mempunyai lubang-lubang tak tembus yang berfungsi sebagai
cetakan titik-titik, sedangkan satu plat lainnya (plat atas) mempunyai lubang-lubang
tembus yang berfungsi untuk mengarahkan penggunanya dalam membentuk titik-titik
itu. Lubang-lubang pada plat atas itu disebut petak. Dalam keadaan plat bawah
dan plat atas ditutupkan, setiap petak merupakan pedoman untuk mengarah pada
enam lubang titik yang membentuk kerangka tulisan Braille (lihat lagi gambar
1.2). Untuk menulis, kertas dijepit di antara kedua plat logam tersebut. Sebuah
pen (paku dengan pegangan kayu) ditusuk-tusukkan di atas kertas itu melalui
lubang-lubang pada plat atas untuk membentuk titik-titik dengan cetakan plat
bawah.
Kelemahan utama reglet dan pen adalah soal orientasi menulisnya.
Karena titik-titik itu ditusukkan dari atas ke bawah, maka ini berarti bahwa
untuk membacanya, kertas harus dibalik, sehingga menulisnya pun harus dengan
orientasi yang berlawanan. Jadi, agar tulisan dapat dibaca dari kiri ke kanan,
menulis dengan reglet harus dari kanan ke kiri.
Terdapat bermacam-macam reglet berdasarkan jenis bahannya, jumlah
barisnya, dan jumlah petak perbaris. Pada awalnya reglet dibuat dari logam,
tetapi kemudian diproduksi juga reglet dengan bahan plastik. Jumlah barisnya
berkisar dari dua hingga 36 baris, sedangkan jumlah petaknya berkisar dari 18
hingga 40 petak perbaris. Akan tetapi, yang paling umum dipergunakan adalah
reglet dengan empat baris dan 27 petak perbaris.
Mesin Tik Braille
Gambar 1.5: Perkins Brailler (Dikutip
dari http://support.perkins.org/)
|
Mesin tik Braille (Braille
writer atau Brailler) adalah alat
yang dipergunakan untuk menghasilkan tulisan Braille dengan cara yang banyak
persamaannya dengan cara mesin tik biasa menghasilkan tulisan awas. Prototipe
mesin ini diciptakan pada tahun 1951 oleh David Abraham, seorang guru di Perkins School for the Blind, Amerika Serikat (Perkins School for the Blind, 2007). Terdapat
beberapa macam mesin tik Braille yang diproduksi oleh beberapa Negara, tetapi
prinsip kerjanya sama. Mesin tik Braille yang paling banyak dipergunakan di
seluruh dunia adalah Perkins Brailler buatan Howe Press, Amerika Serikat. Berbeda
dari mesin tik biasa, mesin tik Braille hanya mempunyai enam tombol untuk
menghasilkan karakter Braille, satu tombol spasi (di tengah), dan dua tombol
lainnya (masing-masing satu tombol di pinggir kiri dan kanan mesin) untuk
menggerakkan kertas.
Tiga tombol di
sebelah kiri tombol spasi ditekan menggunakan telunjuk, jari tengah dan jari
manis kiri, dipergunakan untuk menghasilkan titik 1, 2 dan 3; sedangkan tiga
tombol di sebelah kanan tombol spasi ditekan menggunakan telunjuk, jari tengah
dan jari manis kiri, dipergunakan untuk menghasilkan titik 4, 5 dan 6. Untuk
menghasilkan satu huruf, tombol-tombol tersebut ditekan bersama-sama. Misalnya,
untuk menghasilkan huruf “g”, tombol untuk titik 1 (telunjuk kiri), titik 2
(jari tengah kiri), titik 4 (telunjuk kanan), dan titik 5 (jari tengah kanan),
ditekan berbarengan. Titik-titik tersebut akan muncul ke permukaan kertas dan
dapat langsung dibaca tanpa mengeluarkannya terlebih dahulu dari mesin tik
tersebut.
Printer Braille
Gambar 1.6: Printer Braille (dikutip dari http://www.braillo.com)
|
Printer Braille (yang juga dikenal dengan istilah Braille embosser), mencetak data yang
dikirim dari computer. Braillo merupakan satu dari banyak produsen printer
Braille di dunia. Printer ini banyak terdapat di Indonesia sebagai hasil kerjasama
antara pemerintah Indonesia
dan pemerintah Norwegia untuk mengembangkan pendidikan bagi tunanetra di Indonesia .
Untuk dapat mencetak data menggunakan printer Braille, terlebih
dahulu data itu dibuat menggunakan program pengolah data seperti Microsoft
Word. Kemudian data Word itu dikonversi ke dalam format Braille menggunakan
program aplikasi penerjemah Braille. Program inilah yang mengirim data Braille
dari komputer ke Braille embosser itu. Inovasi ini telah membuat pencetakan
Braille menjadi lebih mudah dan lebih cepat.
Kertas Braille
Istilah “kertas
Braille” digunakan untuk mengacu pada jenis kertas yang cocok untuk menulis
Braille, yaitu kertas yang berukuran maksimal 12 kali 11,5 inci (±30,4 kali
29,2 cm), dengan ketebalan antara 100 hingga 160 gram. Ukuran kertas itu
terkait dengan kapasitas alat tulis Braille (terutama mesin tik Braille dan
printer Braille), sedangkan ketebalan kertas terkait dengan daya tahan tulisan
Braille terhadap tekanan, baik tekanan yang diakibatkan oleh penumpukan ataupun
akibat tekanan jari-jari tangan pada saat dibaca oleh pembaca tunanetra. Kertas
yang tidak cukup tebal rentan mengakibatkan tulisannya mudah terhapus.
Backlink here.. Description: Perkembangan Alat Tulis Braille Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Perkembangan Alat Tulis Braille
Shares News
-
2:31 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Share your views...
0 Respones to "Perkembangan Alat Tulis Braille "
Post a Comment